Marah biasanya terjadi secara cepat. Rasanya saat itu tidak
ada pilihan lain, kecuali marah. Ketika semua telah berlalu, barulah muncul
penyesalan. Barulah kita bisa berpikir jernih, dan ternyata setelah dipikirkan
dengan tenang, ada solusi untuk kondisi tersebut, dan marah sebenarnya tidak
diperlukan.
Pada dasarnya tidak ada situasi yang “mengharuskan”
seseorang marah. Yang sudah terjadi akan tetap terjadi. Marah tidak akan
memperbaiki keadaan. Malah marah dapat memperkeruh situasi. Situasi kacau
membutuhkan solusi. Solusi tidak bisa muncul dengan baik dalam kemarahan.
Ayo, kita semua pasti bisa mengendalikan marah.
Ada satu metode yang kabarnya cukup efektif, yaitu segera
pergi meninggalkan ruangan, ketika kita ingin marah. Namun, ketika ini saya
coba, malah kelihatannya seperti orang yang marah besar, walk out dari ruangan.
Saya coba rumuskan tahapan berikut untuk mengendalikan
marah, mudah-mudahan berhasil, terutama untuk saya sendiri :-) :
- Stop. Jangan bergerak, jangan bersuara. Karena gerakan orang marah menjadi kasar, dan suara orang marah menjadi keras dan tinggi.
- Istighfar. Teruslah istighfar, sampai marah reda. Ingatlah agar jangan sampai ada penyesalan.
- Minumlah jika di dekat kita ada air minum. Wudhulah jika waktu dan tempat memungkinkan.
- Hanya jika sudah reda, mulailah berpikir. Apakah ada yang perlu dikatakan, apakah ada yang perlu dilakukan. Lakukan perlahan.
Bila perlu, tetapkan hukuman bagi kita sendiri, jika kita
marah, misalnya, tidak boleh belanja baju, tidak boleh online shopping satu
bulan :-)
Dan sebenarnya ada satu motivasi kuat yang seharusnya bisa
mencegah kita marah, yaitu hadits Rasulullah, la taghdhab wa lakal jannah, janganlah
kamu marah dan bagimu surga. Ayo, hanya dengan mengendalikan marah, kita bisa
beroleh surga!
Selamat berlatih, selamat menjadi mantan pemarah :-)
No comments:
Post a Comment