Tuesday, October 2, 2012

Si Boy Kedua, My Bundle of Joy



Anak saya si boy kedua, lahir selisih 13 bulan dari kakaknya. Sejak bayi dia lembut hati, kalau menangis tidak heboh, begitu saya susui langsung tenang kembali. Dia juga mudah mengalah kalau rebutan mainan dengan kakaknya. 

Wajahnya imut, mudah tersenyum, ramah. Perawakannya sedikit gemuk sejak kecil. Maka dia saya sebut my bundle of joy :-)
Dia senang bercerita. Kalau bermain boneka karakter, biasanya dia akan sambil bercerita dengan berbagai suara, baik suara yang bisa saya dengar, atau dalam hatinya sendiri.

Dia juga senang menggambar. Di waktu luangnya, dia akan segera mengambil pensil dan kertas, dan menggambar apa saja. Dia sudah buat banyak komik mini, dalam Bahasa Inggris pula :-) 

Dia pintar berbahasa Inggris, dengan aksen yang sangat baik. Selain karena dia berbahasa Inggris sejak TK, dia juga cepat menangkap percakapan bahasa Inggris dari film yang dia tonton.

Dia suka origami, sama seperti saya :-) Pertama dia belajar dari buku origami yang saya belikan. Lama-lama buku origami sudah terlalu gampang buat dia. Dia pun mulai cari ke internet, dan ketemu dengan berbagai cara pembuatan origami yang super duper rumit. Dia akan tekun berada di depan computer mengikuti instruksi pembuatan origami itu :-)

Dia juga sangat cepat menghafal dari mendengar. Jika mendengar ayat Al Qur’an beberapa kali saja, dia akan hafal dengan nadanya. 

Karena lembut hati, dia mudah menolong orang lain. Dia peka ketika melihat situasi yang perlu dibantu. Saya jadi lebih sering meminta tolong pada si boy kedua ini dibandingkan dengan pada boy saya yang lain.
Karena lembut hati, dia juga mudah menangis. Di kelas lima ini dia masih sering menangis, terutama kalau kena marah oleh saya :-) Dan entah kenapa, semakin dia menangis, semakin saya kesal. Maaf ya boy :-)

Tapi kadang-kadang dia juga bisa marah besar kalau kesal. Kalau sedang marah, dia bisa melemparkan barang-barang dan menghentak-hentakkan kaki.

Saya sedang mencari cara bagaimana supaya dia tetap lembut hati sehingga suka menolong dan punya rasa seni, tetapi menjadi lebih tegar supaya tidak mudah menangis, dan mengurangi mudah marahnya. 

Semoga Allah membimbing mama untuk membesarkanmu menjadi pemimpin ummat yang terbaik ya boy :-)

Insiden tadi pagi semoga tidak terulang. Saya yang mudah panik dan heboh kalau waktu sudah mepet, jadi "bernada tinggi" ketika sudah waktunya berangkat, dan si boy kedua ini belum makan. Memang dia katanya sedang agak pusing. Lalu meledaklah dia dalam sunyi, menangis tanpa bersuara :-)

Seharusnya, kalau sesuatu sudah terlanjur terjadi, tak perlu lah lagi "bernada tinggi". Apa manfaatnya? Kasihan semua boys jadi stress, walaupun sasaran "nada" hanya si boy kedua (dan si Mbak, hehehe..) 

Sepertinya saya harus lebih banyak berlatih, sabar, sabar, sabar. Mungkin resep pertama : jangan bersuara, tarik napas, jangan terlalu cepat bereaksi. Hitung sampai 10, sampai 20, sampai 30. Sekali-sekali terlambat tidak apa-apa. Dan toh, belum tentu terlambat. 

Semoga bisa :-)

No comments: