Copy paste dari kuliah di Blackberry Messenger dari Ust. Syarif Matnadjih.
Pengajian Ke-28 Kitab Sunan Abu Daud :
حَدَّثَنَا
أَبُو الْوَلِيدِ الطَّيَالِسِىُّ وَحَفْصُ بْنُ عُمَرَ قَالاَ حَدَّثَنَا ح
وَحَدَّثَنَا ابْنُ كَثِيرٍ أَخْبَرَنَا شُعْبَةُ عَنِ الْقَاسِمِ بْنِ أَبِى
بَزَّةَ عَنْ عَطَاءٍ الْكَيْخَارَانِىِّ عَنْ أُمِّ الدَّرْدَاءِ عَنْ أَبِى
الدَّرْدَاءِ عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ مَا مِنْ شَىْءٍ أَثْقَلُ فِى الْمِيزَانِ مِنْ
حُسْنِ الْخُلُقِ
Dari Abu Darda, dari Nabi saw, beliau bersabda : "Tidak dari
sesuatu yang lebih berat pada timbangan (hari kiamat) dari akhlak yang
baik" (HR. Abu Daud : 4801)
Nabi saw adalah sebaik-baik manusia yang telah mencontohkan
berprilaku dengan baik, bahkan beliau 'sengaja' diutus olehNya untuk
menyempurnakan akhlak, karena kehidupan akan menjadi baik dan penuh dengan
kebaikan bila 'benar' dan santun dalam berbuat.
Nabi saw dan para sahabat hidup dalam persaudaraan yang 'dibalut'
dengan akhlak mulia, mereka telah mencontohkan perbuatan yang agung dalam
mengisi kehidupan sementara di dunia ini, mereka memiliki kasih sayang terhadap
sesama dan saling mengajak kepada kebaikan serta mencegah terhadap kemungkaran.
" WAL WAZNU YAUMAIDZIN al-HAQ, FAMAN TSAQULAT MAWAAZIINUHU
FAULAAIKA HUMU al-MUFLIHUUN" (dan hari itu pertimbangan (amal baik dan
buruk) adalah benar, maka barang siapa yang berat timbangannya (dengan
kebaikan) maka merekalah orang2 yang beruntung), surat al-A'raf ayat ke-8 ini
jelas2 menerangkan perihal hari 'ditimbangnya' amal setiap manusia, hari itu
disebut sebagai 'penentu' keputusan dariNya, siapa yang berat timbangan
kebaikannya disebut pada ayat ini sebagai orang yang beruntung.
Hidup itu hanya ada dua pilihan, menjadi orang yang beruntung atau
orang yang merugi, maka hadits hari ini memberikan 'cara mudah' buat meraih
keberuntungan yang kekal, yaitu dengan tampil sebagai manusia penuh pesona
lantaran baik pekerti dan santun dalam bertutur.
Pekerti yang baik pada hadits diatas mempunyai 'bobot' yang berat
saat tiba waktu ditimbangnya amal, maka rasanya pilihan ini harus kita ambil
demi 'keselamatan' saat hari yang paling 'menegangkan' datang.
Ciri mereka yang mempunyai akhlak yang baik bisa dilihat nyata
dengan 'respon' orang2 yang berada disekitarnya, bila keberadaannya
menghadirkan 'kenyamanan' dan kebahagiaan bagi orang lain, maka hampir bisa
dipastikan orang tersebut mempunya 'pesona' akhlak, tetapi bila berlaku
sebaliknya maka juga hampir dipastikan orang tersebut tidak memiliki pekerti
yang baik.
Sesuatu yang harus menjadi 'harapan' dan cita2 kita adalah ketika
pada waktunya seluruh 'penghuni langit' akan selalu mendo'akan kita dan bahkan
bila waktunya tubuh kita bersemayam didalam tanah, nama kita akan terus menjadi
'perbincangan' mereka yang hidup karena kebaikan yang telah 'ditorehkan' selama
kita hidup di dunia.
'Al- Adabu Aktsaru Min al-'Ilmi', demikian pernyataan manusia
mulia yang bernama Umar Ibnul Khottob, menurut beliau, akhlak itu mempunyai
manfaat yang lebih banyak ketimbang ilmu, karena bila berakhlak maka pastinya
dia berilmu, tetapi belum bisa dipastikan mempunyai akhlak kendatipun memiliki
banyak ilmu.
Berakhlaklah yang mulia, karena anak dan keturunanmu membuntuhkan
contoh dan teladan dari kedua orang tuanya, dan 'nasib'mu nanti di yaumil
qiyaamah sangat ditentukan dengan 'prilaku'mu saat ini, nanti dan hingga waktu
jelang kematianmu datang.
Wallahu A'lam Bisshowaab.
-----------
*dari beranda 'tenda' Mina, menantikan waktu menuju 'Arofah
No comments:
Post a Comment