Monday, October 1, 2012

Umat Islam Menghadapi Perubahan



Menghadapi berbagai perubahan, umat Islam harus mempersiapkan diri agar berada dalam posisi sebagai pemimpin, yang terbagi dalam 3 aspek berikut :

Pertama, sebagai umat Islam, kita harus bangga menjadi umat Islam dan memberikan pembelaan pada Islam. Lakukan segala sesuatu dengan cara Islam. Cara kita memenuhi kebutuhan, cara kita mengambil keputusan, cara hidup kita mulai dari keluarga sampai bermasyarakat. Isilah tiap detik dan menit kita dengan kegiatan yang Allah ridhai dan Rasulullah contohkan.

Kebanggaan akan akidah, akhlak, dan cara hidup Islam akan menghasilkan pribadi sebagaimana sejarah, Bilal bin Rabah, Abu Bakar Ash Shiddiq yang bangga dengan Islam dengan jiwa dan hartanya.

Berbagai upaya menjauhkan umat Islam dari Islam akan terus ada. Tak akan ridha umat Nasrani dan Yahudi, sampai umat Islam mengikuti mereka.

Di masa Rasulullah, para sahabat demikian bersemangat untuk memperoleh syahid. Ketika pada keluarga yang terdiri atas seorang ayah yang sudah tua dan anaknya, dan giliran untuk berperang ternyata diberikan kepada anaknya, sang ayah pun meminta kepada anaknya, “Berikan kesempatan itu padaku, karena aku sudah tua, sedangkan kau masih muda, masih punya banyak kesempatan.” Anaknya pun menjawab, “Kalaulah bukan urusan surga, akan aku berikan kesempatan ini kepada Ayah.” Maka anak itu pun berangkat berperang. Sedemikian mereka berlomba untuk syahid di jalan Allah.

Bawalah Islam ke mana pun kita pergi. Banggalah dengan identitas muslim kita. Jangan sampai kita hanya berlaku sebaagai muslim ketika kita berada di masjid atau ketika sedang berpuasa, lalu berlaku seperti bukan muslim ketika berada dalam pergaulan.

Kedua, tuntutlah ilmu terus menerus, tingkatkan keahlian. Karena kita akan bersaing terbuka di bidang apa pun. Jika kita menguasai suatu bidang, menjadi seorang ahli, maka orang akan percaya kepada kita, tanpa ada keraguan, bahwa kita memang pantas memimpin, kita memiliki keahlian, melalui persaingan yang sehat. Dan tentunya keahlian ini harus diiringi dengan kejujuran, akidah, dan akhlak yang baik sebagai seorang muslim.

Ketika kepempimpinan dipegang oleh orang yang tidak memiliki nilai-nilai Islam, maka kebijakan yang dibentuk akan sesuai dengan nilai-nilai yang dimilikinya, yang tidak sesuai dengan nilai Islam.

Ketika umat Islam malas atau enggan untuk memiliki kemampuan itu, dapat dikatakan bahwa kita tidak mensyukuri apa yang telah Allah berikan untuk negeri ini.

Padahal dalam doa kita, kita katakan “Jangan berikan pemimpin yg tidak takut pada engkau, dan tidak mencintai rakyatnya.”

Bagi kita yang sudah sampai di usia 40 atau 50­, mungkin sudah terlambat untuk mempersiapkan diri menjadi pemimpin. Yang bisa kita lakukan adalah mempersiapkan generasi yang akan datang, agar dapat menjadi pemimpin. Menjadi presiden, menjadi menteri, menjadi gubernur, menjadi bupati, menjadi kepala desa.

Jangan sampai posisi pemimpin direbut orang lain, karena kita lengah mempersiapkan diri. Indonesia adalah negeri dengan umat Islam terbesar di dunia, banyak pihak menaruh harapan pada Indonesia, namun sampai saat ini belum terlihat dipimpin secara amanah dan professional oleh umat Islam.

Dalam surat Al A'raf disebutkan bahwa jika penduduk suatu negeri beriman dan bertakwa, pasti Allah akan bukakan keberkahan dari langit dan dari bumi. Sayangnya negeri itu mendustakan, dan kemudian Allah hukum mereka karena apa yang mereka lakukan.

Indonesia sudah Allah berikan berbagai kekayaan alam yang luar biasa. Pantai, sungai, laut, gunung, hutan. Apakah kita sudah benar-benar memanfaatkan kekayaan alam tersebut untuk kebaikan? Tidakkah saat ini di berbagai sumber kekayaan alam tersebut justru yang marak terjadi adalah kemaksiatan?

Umat Islam harus merebut berbagai posisi pemimpin, melalui keunggulan di berbagai bidang. Dengan keunggulan, umat Islam akan terpilih dengan sendirinya, karena keahliannya.

Ketiga, berusaha menjadikan diri sebagai bagian dari datangnya keberkahan, dan bukan menjadi bagian dari datangnya azab.

Sesungguhnya perbuatan maksiat, sesedikit apa pun itu, walaupun kita lakukan berdua atau bahkan sendiri, dan tidak ada orang lain yang melihat, tetap sebuah kemaksiatan, yang akan mengundang azab.

Dan sekecil apa pun ketakwaan, akan menjadi bagian dair datangnya keberkahan, bagian dari solusi untuk negeri. Dengan doa dari seorang yang taat, di malam yang sunyi, yang tidak ada orang lain melihat, Allah akan datangkan keberkahan untuk negeri.



No comments: