Menghadapi berbagai perubahan, umat Islam harus mempersiapkan diri
agar berada dalam posisi sebagai pemimpin, yang terbagi dalam 3 aspek berikut :
Pertama, sebagai umat Islam, kita harus bangga menjadi umat Islam
dan memberikan pembelaan pada Islam. Lakukan segala sesuatu dengan cara Islam.
Cara kita memenuhi kebutuhan, cara kita mengambil keputusan, cara hidup kita
mulai dari keluarga sampai bermasyarakat. Isilah tiap detik dan menit kita
dengan kegiatan yang Allah ridhai dan Rasulullah contohkan.
Kebanggaan akan akidah, akhlak, dan cara hidup Islam akan
menghasilkan pribadi sebagaimana sejarah, Bilal bin Rabah, Abu Bakar Ash
Shiddiq yang bangga dengan Islam dengan jiwa dan hartanya.
Berbagai upaya menjauhkan umat Islam dari Islam akan terus ada. Tak
akan ridha umat Nasrani dan Yahudi, sampai umat Islam mengikuti mereka.
Di masa Rasulullah, para sahabat demikian bersemangat untuk
memperoleh syahid. Ketika pada keluarga yang terdiri atas seorang ayah yang
sudah tua dan anaknya, dan giliran untuk berperang ternyata diberikan kepada
anaknya, sang ayah pun meminta kepada anaknya, “Berikan kesempatan itu padaku,
karena aku sudah tua, sedangkan kau masih muda, masih punya banyak kesempatan.”
Anaknya pun menjawab, “Kalaulah bukan urusan surga, akan aku berikan kesempatan
ini kepada Ayah.” Maka anak itu pun berangkat berperang. Sedemikian mereka
berlomba untuk syahid di jalan Allah.
Bawalah Islam ke mana pun kita pergi. Banggalah dengan identitas
muslim kita. Jangan sampai kita hanya berlaku sebaagai muslim ketika kita
berada di masjid atau ketika sedang berpuasa, lalu berlaku seperti bukan muslim
ketika berada dalam pergaulan.
Kedua, tuntutlah ilmu terus menerus, tingkatkan keahlian. Karena
kita akan bersaing terbuka di bidang apa pun. Jika kita menguasai suatu bidang,
menjadi seorang ahli, maka orang akan percaya kepada kita, tanpa ada keraguan,
bahwa kita memang pantas memimpin, kita memiliki keahlian, melalui persaingan yang
sehat. Dan tentunya keahlian ini harus diiringi dengan kejujuran, akidah, dan
akhlak yang baik sebagai seorang muslim.
Ketika kepempimpinan dipegang oleh orang yang tidak memiliki
nilai-nilai Islam, maka kebijakan yang dibentuk akan sesuai dengan nilai-nilai
yang dimilikinya, yang tidak sesuai dengan nilai Islam.
Ketika umat Islam malas atau enggan untuk memiliki kemampuan itu, dapat
dikatakan bahwa kita tidak mensyukuri apa yang telah Allah berikan untuk negeri
ini.
Padahal dalam doa kita, kita katakan “Jangan berikan pemimpin yg tidak
takut pada engkau, dan tidak mencintai rakyatnya.”
Bagi kita yang sudah sampai di usia 40 atau 50, mungkin sudah
terlambat untuk mempersiapkan diri menjadi pemimpin. Yang bisa kita lakukan
adalah mempersiapkan generasi yang akan datang, agar dapat menjadi pemimpin.
Menjadi presiden, menjadi menteri, menjadi gubernur, menjadi bupati, menjadi
kepala desa.
Jangan sampai posisi pemimpin direbut orang lain, karena kita
lengah mempersiapkan diri. Indonesia adalah negeri dengan umat Islam terbesar
di dunia, banyak pihak menaruh harapan pada Indonesia, namun sampai saat ini
belum terlihat dipimpin secara amanah dan professional oleh umat Islam.
Dalam surat Al A'raf disebutkan bahwa jika penduduk suatu negeri
beriman dan bertakwa, pasti Allah akan bukakan keberkahan dari langit dan dari
bumi. Sayangnya negeri itu mendustakan, dan kemudian Allah hukum mereka karena
apa yang mereka lakukan.
Indonesia sudah Allah berikan berbagai kekayaan alam yang luar
biasa. Pantai, sungai, laut, gunung, hutan. Apakah kita sudah benar-benar
memanfaatkan kekayaan alam tersebut untuk kebaikan? Tidakkah saat ini di
berbagai sumber kekayaan alam tersebut justru yang marak terjadi adalah kemaksiatan?
Umat Islam harus merebut berbagai posisi pemimpin, melalui
keunggulan di berbagai bidang. Dengan keunggulan, umat Islam akan terpilih
dengan sendirinya, karena keahliannya.
Ketiga, berusaha menjadikan diri sebagai bagian dari datangnya keberkahan,
dan bukan menjadi bagian dari datangnya azab.
Sesungguhnya perbuatan maksiat, sesedikit apa pun itu, walaupun
kita lakukan berdua atau bahkan sendiri, dan tidak ada orang lain yang melihat,
tetap sebuah kemaksiatan, yang akan mengundang azab.
Dan sekecil apa pun ketakwaan, akan menjadi bagian dair datangnya
keberkahan, bagian dari solusi untuk negeri. Dengan doa dari seorang yang taat,
di malam yang sunyi, yang tidak ada orang lain melihat, Allah akan datangkan
keberkahan untuk negeri.
No comments:
Post a Comment