Tuesday, October 2, 2012

Apakah Kita Benar-Benar Berhak?



Sekarang ini, entah hanya di Indonesia saja, atau di tempat lain juga, kebenaran terasa menjadi sangat nisbi, orang sering tidak terlatih untuk memilih mana yang menjadi haknya, dan mana yang bukan.

Di kantor saya, sering ada rapat atau pertemuan, dan untuk acara itu disediakan snack. Panitia dan sekretaris seringkali membeli snack dengan jumlah yang melebihi peserta acara, untuk teman-teman lain yang ada di situ, supaya ikut merasakan.

Baik, tapi sebenarnya tidak pada tempatnya.

Karena tujuan awal pembagian snack adalah untuk para peserta rapat dan pertemuan, yang tentunya mengeluarkan upaya lebih dibandingkan dengan teman-teman lain yang tidak ikut. Maka sebenarnya teman-teman yang lain tidak berhak untuk memperoleh snack, dan tidak perlu sedih kalau tidak mendapatkan snack. Toh tidak sedih juga ketika tidak diberi tugas untuk ikut pertemuan.

Tetapi, biasanya posisi para penerima ini agak sulit juga. Karena dia sebenarnya tidak meminta, tetapi diberi oleh panitia. Terasa kurang sopan, jika diberi lalu kita menolak. Atau seharusnya kita biasakan untuk menolak ya?

Yang lebih parah lagi, jika ada yang dengan sengaja mengambil sesuatu yang diperuntukkan bagi kelompok tertentu, padahal ia tidak termasuk dalam kelompok itu.

Kembali ke contoh pembagian snack ketika ada rapat dan pertemuan. Ada orang-orang yang memang berusaha mencari kesempatan, untuk “kebagian” snack, walaupun dia tidak ikut acaranya. Ini kondisi yang menyedihkan sebenarnya. Demi sesuatu yang “enak”, “gratis”, maka dia dengan sengaja “berpura-pura” atau “berusaha” masuk ke kelompok yang sebenarnya bukan kelompoknya, dan mendapatkan sesuatu yang sebenarnya bukan haknya.

Dan yang lebih menyedihkan lagi, dia berbangga dengan itu, “Gue dong ngga ikutan rapatnya, tapi dapet kuenya.”

Sungguh menyedihkan.

No comments: