Pengajian dzuhur kali ini disampaikan oleh Ustadz Valentino Dinsi.
Seni kehidupan adalah ketika gelombang, ada ritme, ada naik turun,
seperti grafik harga saham.
Sebagaimana pada surat Al Mulk ayat 2, alladzi khalaqal mauta wal
hayata liyabluwakum ayyukum ahsanu amala. Dia yang menciptakan mati dan hidup untuk
menguji kami, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya.
Maut adalah kesedihan, hidup adalah kesenangan. Kesedihan dan
kesenangan Allah ciptakan untuk menguji siapa yang paling baik amalannya. Bukan
siapa yang bos, siapa yang anak buah, atau siapa yang kaya dan miskin, atau
siapa yang pintar dan bodoh. Inna akrokum indallaha atqokum, sesungguhnya yang
paling mulia di antara kamu adalah yang paling bertakwa. Allah tidak melihat
wajah kita, Allah melihat hati dan perbuatan kita.
Kehidupan yang bergerak naik turun, menjadikan hati kita hidup,
mendewasakan kita, menjadikan kita matang, dan tumbuh berkembang. Hidup adalah
pilihan kita sendiri, apakah kita memilih hidup yang penuh warna atau hidup
yang hitam putih. Yang terpenting adalah bagaimaan kita bisa memaknai semua
kejadian yang Allah tetapkan. Karena kejadian yang sama menimpa orang yang
berbeda, maknanya akan berbeda, tergantung penerimaan masing-masing orang
tersebut.
Kondisi suatu keluarga yang tinggal di rumah yang sempit dengan 9
orang anak, berbeda jika dilihat oleh anak dan dilihat oleh orang tua. Jika
dilihat oleh sang anak, maka ia dapat melihat kondisi itu bukan sebagai situasi
yang sulit. Tetapi orang tuanya akan memandang kondisi tersebut sebagai kondisi
yang sulit. Dan hal ini wajar, karena secara umum kondisi semacam itu memang
sulit.
Namun, situasi yang kelihatannya menyenangkan, misalnya seseorang
dengan rumah yang mewah, bisa saja penghuninya ternyata merasa kesusahan. Maka
ini bergantung pada cara seseorang menyikapi kondisi yang dihadapinya.
Ada kalanya situasi di tempat kerja membuat kita memiliki
kebiasaan untuk menjadi pemalas. Jika sesuatu berulang, maka akan menjadi
kebiasaan. Jika sesuatu kebiasaan diteruskan, maka akan menjadi perilaku. Jika
perilaku diteruskan, maka akan menentukan nasib kita.
Kita jangan sampai mendilusi diri kita, menurunkan standar kita,
menurunkan kinerja kita, karena pengaruh situasi di luar kita. Ketika kita
rajin, lalu ada teman kita yang malas dan mendapatkan gaji yang sama, kita
jangan sampai terpengaruh dan berkata, “Buat apa saya rajin, lebih baik saya
malas juga, toh gaji yang diperoleh sama.” Ketika kita sudah menghasilkan suatu
pencapaian, yang kemudian diakui oleh atasan kita atau orang lain. Jangan
sampai kita terpengaruh dan berkata, “Lebih baik saya tidak usah mencapai
sesuatu, toh bukan saya yang akhirnya diakui.”
Jadikan diri kita tetap mutiara. Orang lain yang malas, tidak ada
kaitannya dengan kita. Diakui atau tidak pencapaian kita, tidak berpengaruh
pada kita. Selama kita bertahan menjadi mutiara, suatu saat mutiara akan
mengeluarkan cahaya. Bisa karena disingkap oleh keadaan, bisa karena orang lain
yang mengangkat, atau bisa karena tangan Allah yang membantu. Jangan kita menjadi
arang, yang tidak bernilai.
Rezeki ada 3 macam :
Pertama, yang sudah ditentukan oleh Allah, sama seperti rezeki
untuk seluruh makhluknya, misalnya cacing. Maka jika kita hidup standar, kerja
standar, bisa dianggap sama dengan cacing. Masuk ke perusahaan menjadi staf,
keluar perusahaan juga masih menjadi staf, dapat dikatakan baru pada taraf
rezeki pertama ini.
Kedua, rezeki yang dijemput. Masuk staf, keluar CEO, dengan ilmu.
Jadilah workaholic, karena hanya yang bersungguh-sungguhlah yang akan
mendapatkan, man jadda wajada.
Jenis rezeki yang ketiga, rezeki yang tidak disangka-sangka.
No comments:
Post a Comment