Kajian kali ini disampaikan oleh Ustadzah Emmi Soekresno. Kajian diawali dengan pertanyaan, siapa di sini yang merasa kreatif? Tidak ada di antara peserta kajian yang mengacungkan tangan :-) Lalu Ustadzah menjelaskan bahwa Allah adalah Maha Pencipta, maka pasti dalam diri kita ada sifat itu. Setiap kita pasti bisa kreatif, pasti bisa membuat, bisa mencipta. Allah Maha Pengampun, maka kita pasti punya sifat pemaaf.
Sisipan pesan dari Ibu Emmi, khusus untuk ibu-ibu. Kalau belanja, tidak usah menawar. Pedagang kecil untungnya sedikit, dan kalau itu kita tawar, dia tidak dapat untung. Kalau dirasa terlalu mahal, tidak usah beli. Beli yang lain saja, yang mampu dibeli. Coba dilatih ya Ibu-ibu, insya Allah rezeki kita akan lebih berkah :-)
Kembali ke kreativitas, Ustadzah memberikan tes singkat, yaitu semua jamaah diminta untuk menggambar bebek di udara dengan tangan. Setelah semua menggambar, Ustadzah bertanya, gambar bebeknya menghadap ke mana? Ternyata semua menghadap ke kiri :-) Apakah salah kalau menghadap ke kanan? Demikian kata ustazah. Kebanyakan dari kita memang kurang tergali kreativitasnya. Maka kita harus belajar memerdekakan pikiran, ajak anak berkreasi, anak harus kreatif.
Ibu Emmy punya sekolah Jerapah Kecil, anak 4 tahun bisa berpuasa sampai sehari penuh, tanpa rewel. Bagaimana caranya?
Cara lama yang sering kita gunakan adalah memberikan nasehat mengatakan bahwa nanti akan sehat, padahal yang dirasakan anak adalah lapar, haus, dan lemas. Ini seperti menuangkan air dari teko ke cangkir, lama-lama akan penuh lalu tumpah. Sebaiknya sampaikan yang sebenarnya, bahwa memang lapar, haus, lemas. Bahwa kita sebagai orang tua juga merasakan hal yang sama. Orang tua tidak harus menjadi “super” dan “serba bisa”. Dan sampaikan hal ini sejak beberapa hari sebelum berpuasa, agar anak mulai bersiap-siap.
Kemudian, kita sering membolehkan anak berpuasa sampai jam 12. Padahal definisi puasa adalah menahan lapar dan haus sejak subuh sampai maghrib. Bagaimana kalau anak tidak kuat? Sampaikan, kalau tidak kuat, bilang ke Allah.
Kita juga sering menyampaikan, nanti dapat pahala dari Allah. Padahal pahala itu kurang kongkrit, sulit dibayangkan oleh anak. Buat analogi yang mudah dimengerti anak. Misalnya, nanti kalau puasa, adik jadi dekat dengan Allah. Kalau dekat dengan Mama, adik dapat apa? Dapat mainan, makanan, bisa jalan-jalan. Kalau dekat dengan Allah? Keren banget :-)
Dalam hadits qudsi dikatakan bahwa, barangsiapa yang 1 hari berpuasa, akan diberikan pintu khusus di surga, pintu Ar Rayyan. Surga seperti apa? Jangan jelaskan yang tidak kongkrit. Buat analogi, misalnya tanyakan makanan kesukaannya, misalnya pizza. Minta dia ceritakan, kalau ingin pizza bagaimana. Harus naik angkot, pesan pizza, tunggu, pizza datang, bawa ke rumah, sampai di rumah sudah dingin, baru bisa dimakan. Kemudian katakan bahwa kalau di surga, baru kita ingin sesuatu, sudah langsung datang.
Jangan mengajak dengan mengancam. Tidak perlu menceritakan tentang neraka terlalu banyak. Katakan neraka tidak penting, karena kita mau ke surga, bukan ke neraka.
Salah satu pelajaran tentang pendidikan anak adalah, jika kita akan mengajarkan kebaikan kepada anak, jangan dengan keburukan. Ajarkan kebaikan dengan kebaikan. Motivasi anak untuk berbuat baik dengan surga, pahala, kedekatan dengan Allah, disayang Allah. Buat analogi, bandingkan dengan kedekatan atau disayang orang tua atau guru, dan sampaikan bahwa dengan Allah, jauh lebih baik dari itu.
Fitrah anak pada baik, hanya saja sering kali tidak terpancing seluruh kemampuannya.Dalam mendidik anak, pandang anak kita sebagai suatu tambang (pertambangan). Jika sebuah tambang tidak digali, tidak dipancing, maka tidak akan dapat diambil hasilnya. Pendidikan dapat menggali semua potensi yang ada di tambang tersebut.
Di Korea akhir-akhir ini terjadi bunuh diri di kalangan orang muda, 20 tahunan, bukan karena kemiskinan atau kesulitan hidup. Justru terjadi pada mereka yang sibuk, tetapi merasa tidak bisa menangani kesibukannya lagi.
Ketika anak akan ujian, tidak usah diperintah untuk belajar. Yakinlah bahwa mereka punya cara untuk belajar sendiri.
Berhenti memberikan nasehat, terus gali potensi anak. Mengapa? Karena anak (dan semua manusia, termasuk kita) mirip dengan gunung es. Yang terlihat hanya sedikit, potensi yang masih tersembunyi jauh lebih besar.
Pendidikan anak sudah bisa dimulai dari 1-4tahun. Jika dimulai lebih dini, akan terasa perbedaannya. Anak akan lebih mandiri, punya target sendiri, sudah memahami, harus menampilkan diri seperti apa.
Sejak dari dalam kandungan, ajak bayi bicara oleh ayah dan ibunya, bacakan Al Qur’an. Ketika lahir, dia akan kenal dengan orang tuanya.
Agar kita bisa menggali potensi anak, kita harus dicintai anak.
Untuk ibu yang bekerja, memang untuk bisa menemani anak sepulang kerja adalah tantangan tersendiri. Salah satu caranya adalah, pilih cara pulang yang tidak melelahkan, bawakan anak oleh-oleh, untuk “buying time”, sehingga kita bisa mandi dan segar kembali. Baru setelah itu fokus kepada anak.
Perintah puasa turun di pertengahan hari. Disebutkan bahwa “Barangsiapa yang saat itu berpuasa, maka hendaklah ia menyempurnakan puasa. Barangsiapa yang saat itu tidak berpuasa hendaklah dia mulai berpuasa hingga waktu berbuka. Maka setelah itu kami pun berpuasa, juga anak-anak kecil kami. Kami ajak mereka ke masjid. Kami buatkan mereka mainan. Waktu mereka menangis karena lapar, kami berikan mainan itu, dan mereka bermain sampai waktunya berbuka.”
Maka mengajarkan anak untuk berpuasa adalah sunnah. Dan di bulan Ramadhan, ibadah sunnah bernilai seperti ibadah wajib. Subhanallah.
Merujuk ke hadits tersebut, Ibu Emmi membuatkan aneka mainan untuk anaknya ketika Ramadhan. Dan untuk ibu-ibu, supaya mudah, Ibu Emmi membuatkan paket bahan mainan untuk dibuat bersama dengan anak-anak. Ibu cukup menyediakan senyum, lem UHU, dan gunting. Tidak perlu khawatir akan salah, karena toh tidak berdosa :-)
Kapan anak mulai berpuasa? Perintah puasa sama dengan perintah shalat, yaitu 7 tahun. Latihannya bisa dimulai sejak usia 1 tahun.
Untuk anak 1 tahun, perlihatkan hal yang paling menyenangkan dari berpuasa, yaitu saat berbuka. Di saat ini sangat banyak energy positif, anak usia 1 tahun sudah bisa menangkap energi. Tidak perlu bicara kepada anak tentang pentingnya puasa.
Untuk anak usia 2 tahun, ajak untuk sahur, dengan makanan yang simpel dan mudah untuk anak, karena dia masih dalam kondisi mengantuk. Berikan juga 2 sendok madu.
Untuk anak usia 3 tahun, ajarkan untuk puasa dhuha. Siapkan ruangan dingin, agar ketika anak merasa lapar, bisa masuk ke ruangan tersebut dan tertidur sampai waktunya berbuka. Biasanya dengan cara ini, di minggu kedua, anak bisa berpuasa sampai dzuhur.
Anak usia 4 tahun, sudah bisa berpuasa sampai maghrib. Berikan motivasi, apa yang menyenangkan untuk anak ketika berpuasa. Misalnya makanan yang enak-enak, dapat hadiah, dll. Ingatkan bahwa ketika pernah berpuasa, walaupun lapar, dia bisa mengatasinya.
Biasanya anak akan rewel di 1 minggu pertama saja, di minggu selanjutnya sudah terbiasa. Bermodalkan pikiran positif, keyakinan bahwa anak kita pasti bisa, dan kita juga mendapatkan pahala (tapi yang ini tidak perlu diberitahukan kepada anak, nanti dia komplain, saya yang lapar, mama yang dapat pahala :-)).
Otak akan membuang info yang tidak ada hubungannya. Jika kita hanya menyampaikan sesuatu kepada anak melalui panca indera (terutama hanya dengan bicara), maka 99% informasi akan terbuang. Misalnya mengajak shalat, tarik tangan anak, bawa untuk shalat. Akan lebih mendalam lagi jika ada emosi yang terlibat, karena akan masuk ke dalam ingatan jangka panjang.
No comments:
Post a Comment