Friday, April 20, 2012

Menggapai Hidayah dan Membentuk Generasi Madani


Ceramah muslimah Jumat kali ini, diisi dr. Diana Abbas Thalib, Direktur RSIA Bunda Aliyah Pondok Bambu, aktivis Yayasan Rahmatan lil 'alamin, istri dari Bapak Ustadz Hidayat Nurwahid, calon Gubernur Jakarta 2012. 

Ceramah diawali dengan sharing Ibu Diana tentang transformasi hidup beliau ketika memperoleh hidayah. 

Belliau sebagai seorang dokter yang sekaligus seorang eksekutif perusahaan, dengan gaya hidup eksekutif perempuan pada umumnya. Mandi harus ke salon, beli baju harus di luar negeri, model baju sesuai trend, sepatu tinggi 7 cm. Dengan penghasilan tinggi, tetapi pengeluaran juga sangat tinggi, tanpa tujuan hidup yang jelas. 

Sampai akhirnya beliau naik haji. Di perjalanan beliau membawa buku tentang jilbab, namun setiap bab yang dibaca sekilas menggambarkan "seramnya" akibat tidak memakai jilbab, maka beliau mengurungkan niat membaca buku tersebut. 

Dan ketika di masjid nabawi, beliau seperti mendengar suara, ditampilkan suasana di padang mahsyar. Betapa bahwa bekal yang nanti akan dibawa adalah amal soleh, dan ilmu yang berguna adalah ilmu agama. Maka runtuhlah seluruh keangkuhan dan mulailah beliau berniat untuk memperbaiki diri. Buku tentang jilbab kembali dibaca, dan yakinlah beliau bahwa memakai jilbab sama hukumnya dengan shalat, puasa, yaitu wajib.  

Selama hidup, di sekolah, dalam karir, beliau selalu mengejar nilai terbaik, agar tidak ikut ujian perbaikan, agar semua target tercapai. Maka beliau pun bertekad untuk memperoleh nilai terbaik, mencapai target tertinggi untuk akhirat.

Kembali ke tempat kerja, pada saat itu belum ada yang memakai jilbab, dan kondisi kerja yang berhubungan dengan dunia perhotelan dan pihak dari mancanegara, dirasa kurang cocok dengan busana muslimah. Tetapi beliau dapat meyakinkan perusahaan bahwa jilbabnya tidak akan menutupi kreativitas dan keilmuan. Beliau membuktikan bahwa tetap dapat berkinerja baik, sehingga akhirnya perusahaan dapat menerima dan membolehkan banyak muslimah di perusahaan tersebut untuk juga ikut berjilbab. 

Dimulai dengan keputusan memakai jilbab, maka berubah pula seluruh gaya hidup beliau. Mulailah dilakukan telaah pemanfaatan waktu, telaah berbagai aktivitas. Misalnya nonton di bioskop, berapa waktu yang dihabiskan mulai dari perjalanan pulang pergi, dan apa manfaat yang diperoleh.  

Jika barat berprinsip "time is money", pepatah Arab mengatakan "waktu adalah pedang", prinsip beliau adalah "waktu adalah ibadah". Target beliau adalah deposito yang besar, di akhirat nanti.  

Lebih lanjut beliau menyampaikan tentang Bapak Hidayat Nurwahid, yang melakukan segala sesuatu karena Allah, dengan niat untuk bermanfaat bagi masyarakat. Majunya beliau mencalonkan diri menjadi gubernur adalah untuk kebaikan umat, kenaikan martabat Jakarta. Agar Jakarta dapat memberikan manfaat bagi seluruh stakeholder. Berpihak kepada lingkungan dan juga masyarakat kecil.  

Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang amanah, yang tidak korup dan memiliki kemampuan. Pemimpin yang tidak bisa bersenang-senang sebelum seluruh warga merasa senang. Pemimpin adalah pelayan.

Kita perlu untuk selalu sadar bahwa maut bisa datang kapan saja. 

Permasalahan di Jakarta sudah sangat berkomplikasi. Pendidikan perlu diperbaiki agar lebih menyeluruh, mencakup intelektual dan juga emosional. Terjadi banyak krisis moral, kasus narkoba, korupsi sistemik, pergaulan bebas, generasi yang sulit diatur, mungkin juga karena hasil dari harta yang diperoleh secara tidak jujur.  

Perempuan ditakdirkan berjuang. Dari struktur tubuhnya, jika diibaratkan, laki-laki buatan cina, sedangkan perempuan buatan jerman. Perempuan memiliki "spare part" yang lebih kuat, ketangguhan, dan daya juang.  Karena itu beliau mengajak semua ibu untuk berjuang, untuku sebanyak-banyak masyarakat, seluas-luas jangkauan.

Tips dari beliau untuk dapat beraktivitas secara efektif di berbagai peran sebagai ibu, istri, berkarir, beraktivitas, juga beribadah, secara singkat beliau sampaikan : niatkan segala sesuatu untuk ibadah dan be smart.

Hidup 24 jam, 8 jam di kantor, 8 jam tidur, 8 jam yang lain.

Jika kita tidur tidak diniatkan ibadah, tidak disertai doa, maka akan sia-sia. Jika hidup kita sampai usia 63, maka 21 tahun hidup kita akan sia-sia.

Niatkan kerja juga untuk ibadah. Buat kerja menjadi multi mission : mencari nafkah, mengamalkan ilmu, mencari ilmu, tetapkan target, termasuk berapa seminar yang ingin dihadiri. Lakukan selalu muhasabah pribadi secara periodik, misalnya setahun sekali. Evaluasi seluruh pencapaian kita dalam setahun. Shalat, puasa sunnah, membaca Al Quran. Lalu buat rencana untuk tahun depan..

Dalam jiwa kuat ada tubuh kuat. Yang penting kekuatan kemauan. Berikan manfaat untuk sebanyak mungkin orang, lahirkan ilmu, berikan hidayah untuk orang lain. Perempuan memiliki kemauan keras. Seperti yang dilakukannya ketika melahirkan. Hadirkan kemauan keras itu untuk melakukan hal yang bermanfaat.

Perempuan bekerja sudah meninggalkan anak di rumah. Jangan sampai di kantor hanya menjadi karyawan biasa-biasa. Paling tidak harus menjadi General Manager, setelah itu menjadi business owner, lalu setelah itu menjadi entrepreneur. Tetapkan mimpi yang setinggi mungkin. 

Niatkan bekerja untuk ibadah, maka 21 tahun lagi akan bernilai ibadah. 

Tinggal tersisa 21 tahun lagi. Evaluasi dengan baik, minimalkan kegiatan yang kurang bermanfaat, main ke mal, ngerumpi di kafe, kena macet tanpa melakukan hal yang bermanfaat, agar 21 tahun yang tersisa tidak sia-sia. 

Pertanyakanlah selalu, berapa amal soleh yang mau dibawa ke akhirat nanti?

No comments: