Thursday, July 26, 2012

Kemudahan Menghafal Al Qur’an (1)


Tulisan ini copy paste dari http://www.scribd.com/doc/87824698/Kemudahan-Menghafal-Al-Qur, dengan sedikit pengeditan untuk tanda baca dan ejaan. Tulisan ini cukup panjang, maka saya bagi menjadi beberapa tulisan. Semoga bermanfaat.

Kemudahan Menghafal Al Qur'an

Oleh : Syekh Syadi Abu Mu’min, MA.
(Pengajar Al Qur’an di Palestina, yang meluluskan 10.000 (sepuluh ribu) hafidh Al Qur’an tiap tahun dengan program dua bulan hafal Al Qur’an)

Penerjemah : Arham bin Ahmad Yasin,Lc.,MH.

Pembicaraan tentang menghafal Kitabullah ‘Azza Wa Jalla merupakan perkara yang sangat penting bagi umat Nabi Muhammad shallalahu ‘alaihi wasallam. Karena ini merupakan perkara yang sangat penting untuk keselamatan ummat, kebaikannya, dan kebahagiaannya, maka sesungguhnya ummat ini sudah cukup dari yang lainnya. Karena Al Qur’an apabila telah sempurna penghafalannya, pertemanannya, dan ketenangan dengannya, maka pada saat itu manusia tidak butuh untuk mencari kebahagian atau keselamatan. Karena ia akan mendapatinya dalam Kitabullah ‘Azza Wa Jalla.

Selanjutnya, masalah menghafal Al Qur’anul Karim bukanlah masalah ijtihad, dan bukan pula masalah bisa atau tidak bisa. Karena manusia telah Allah ciptakan memiliki berbagai kemampuan dalam banyak hal. Masalah menghafal Al Qur’anul Karim adalah masalah pemahaman. Apakah kita memahami nilai Al Qur’anul Karim? Apakah kita memahami kebaikan Al Qur’anul Karim? Apakah kita memahami kemuliaan Al Qur’anul Karim? Inilah pertanyaan-pertanyaannya. Jika kita memahami urgensi, keagungan, nilai, kebaikan, kemuliaan Al Qur’anul Karim, maka setelah itu masalahnya akan menjadi sangat mudah.

Pertanyaan pertama yang ditujukan pada diri kita sebelum kita mulai menghafal Al Qur’an, sebelum membuka mushhaf Al Qur’an dan ingin mengahafalnya, tanyalah diri kita, apakah saya menghafal Al Qur’an karena kewajiban, ataukah saya menghafal Al Qur’an karena kebutuhan? Apakah saya membutuhkan AlQur’an, atau Al Qur’an membutuhkan saya?

Di sini ada pertanyaan yang penting yang harus dijawab, kenapa saya menghafal Al Qur’an? Jika masing-masing dapat menjawab pertanyaan ini, maka setelah itu ia akan dapat menghafal Al Qur’an. Karena masalahnya adalah masalah untung dan rugi, seperti satu tambah satu sama dengan dua. Sehingga ghoyah/ tujuan menghafal adalah asas dari penghafal. Bagaimana bisa demikian?
 
Dalam hadits Rasulullah shallalahu ‘alaihi wasallam, Neraka dinyalakan di hari kiamat pertama untuk siapa? Yang pertama dilemparkan ke neraka bukanlah para thoghut, para pelaku kejahatan, para pezina, pencuri, bahkan bukan pula orang-orang kafir, tapi adalah para Qori’ atau Hafidh Al Qur’an.

Sebagaimana hadits Rasulullah shallalahu ‘alaihi wasallam,

“Neraka dinyalakan pertama untuk tiga orang.

Pertama untuk qori’ Al Qur’an, ketika ia didatangkan ia mengatakan, “Ya Rabb, saya membaca, belajar dan mengajarkan Al Qur’an karena Engkau.” Maka dikatakan, “Engkau menghafalkan supaya dikatakan hafidh/Qori’, dan itu sudah dikatakan, maka seretlah ke neraka.”
Dan yang kedua adalah orang yang berinfaq, ia mengatakan, “Ya Rabb, sungguh saya telah berinfaq di jalan-Mu”. Maka dikatakan,”Engkau berinfaq supaya dikatakan dermawan, dan itu telah dikatakan, maka seretlah ke neraka.”
Dan yang ketiga adalah seorang mujahid, ia mengatakan, “Ya Rabb, saya berjihad dan berperang di jalan-Mu”. Maka dikatakan kepadanya, ”Engkau berjihad supaya dikatakan pemberani, dan itu telah dikatakan, maka seretlah ke neraka.”
(dikutip dari HR Muslim, At Turmudzi, An Nasai, dan Ahmad dari Abi Hurairah,  pent.).

 Sehingga tujuan menghafal merupakan hal yang sangat penting. Apakah saya menghafal Al Qur’an supaya orang mengatakan bahwa saya hafidh, punya sanad, ijazah qiro’ah ‘asyrah, atau syeikh? Atau saya ingin agar orang tahu, “Ini anak saya hafalannya sekian, dia hafal qur’an, saya hafal sekian juz”, sehingga orangmengatakan kepada anda “Masya Allah, kamu hafal sekian!” Apakah ini tujuan anda?! Jika tujuannya seperti ini, maka mungkin saja anda bisa menghafal Al Qur’an, sebagaimana anda bisa melakukan apa saja. Tapi yang terpenting apakah kita menghafal Al Qur’an untuk keselamatan di sisi Allah? Maka yang pertama adalah menetapkan tujuan : saya menghafal Al Qur’an agar selamat di sisi Allah.

Kemudian niat harus ikhlash semata-mata karena Allah subhanahu wa ta’ala, sebagaimana kita mengetahui hadits yang diriwayatkan oleh Umar bin Al Khatthab ra. “Sesunggunya amal itu tergantung pada niatnya, dan sesungguhnya bagi setiap orang adalah apa yang dia niatkan” (dikutip dari HR Bukhari dan Muslim,  pent). Sehingga masalahnya terkait dengan niat. Harus ikhlash.  

Ini yang pertama.

(bersambung)

No comments: