Ketika kita pemahami bahwa Al Qur’an
memberi petunjuk kepada jalan yang lurus, Allah yang mengatakan hal ini. Ketika
kita mengetahui bahwa dalam Al Qur’an ada keselamatan, maka sebaliknya,
bagaimana jika engkau paham bahwa juga ada hukuman bagi yang mengabaikan Al
Qur’an? Apakah engkau tahu, jika engkau mengabaikan Al Qur’an, engkau akan
masuk dalam permusuhan dengan Rasulullah shallalahu ‘alaihi wasallam? Apakah di
antara kita ada yang ingin menjadi musuh bagi Rasulullah shallalahu ‘alaihi
wasallam di hari kiamat? Kita semua
menginginkan syafa’at Nabi shallalahu ‘alaihi wasallam . Bukankah Rasulullah shallalahu
‘alaihi wasallam bersabda, “Aku tinggalkan kepada kalian dua perkara,
yang jika kalian berpegang teguh kepadanya kalian tidak akan tersesat
selamanya, kitabullah dan sunnah rasul” ? Allah juga berfirman, “dan Rasul
berkata : Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku telah menjadikan Al Qur’anini
diabaikan” (QS. Al Furqon : 30)
Para ulama berkata, “Orang yang tiga
hari berturut-turut tidak membaca Al Qur’an, maka ia adalah orang yang
mengabaikan Al Qur’an.” maka dia masuk dalam permusuhan dengan Nabi shallalahu
‘alaihi wasallam. Apakah engkau ingin berdiri di hari kiamat menjadi musuh bagi
Nabi Muhammad shallalahu ‘alaihi wasallam?”
Dan Rasul berkata : Ya Tuhanku, sesungguhnya
kaumku telah menjadikan Al Qur’an ini diabaikan”. Mereka tidak membacanya,
mereka tidak mengamalkannya, mereka tidak menghafalkannya. Lihatlah di manakah
engkau? Apakah engkau membaca Al Qur’an setiap hari? Apakah engkau mengagungkan
Al Qur’an? Apakah engkau memuliakan AlQur’an? Tanyakan pada dirimu!
Saya bertanya kepadamu tentang tafsir
firman Allah subhanahu wa ta’ala, “Dan
apabila dibacakan Al Quran, Maka simaklah baik-baik, dan perhatikanlah agar
kalian mendapat rahmat”
Ayat ini sangat berbahaya. Apabila
dibacakan Al Qur’an, maka simaklah. Perintah dari Allah subhanahu wa ta’ala
yang konsekwensinya adalah wajib. Apabila dibacakan Al Qur’an, fastami’uu lahu (maka simaklah).
Allah tidak mengatakan fasma’uu (maka
dengarkanlah). Dan ini beda, antara istima’ (menyimak) dan sama’ (mendengar).
Saya mungkin bisa mendengar suara,
saya sekarang mendengar sebagian kalian ngobrol sana-sini, dan saya mendengar
suara-suara lain, mendengar biasa. Akan tetapi apakah engkau memberikan hati? Maka
hati harus menyimak, dan bukan sekedar mendengar dari telinga yang masuk dari
telinga kanan keluar dari telinga kiri.
Allah subhanahu wa ta’ala mengatakan
fastami’uu lahuu. Kemudian Allah mengatakan apa? Waanshituu,
maknanya adalah dengan tadabbur, interaksi, dan tafakkur dengan Al Qur’an. Kemudian
Allah mengatakan apa? La’allakum turhamuun (agar
kalian mendapat rahmat), Allah mengatakan la’allakum
turhamuun dan tidak mengatakan idzan turhamuun, dan tidak mengatakan liturhamuu,
tetapi Allah mengatakan la’allakum turhamuun. Apa makna la’allakum? Dalam bahasa Arab, kata la’allaka ketika dipakai di dalam Al Qur’an, maka bermakna : bahwa yang melanggarnya akan mendapatkan
yangsebaliknya. La’allakum turhamuun (agar kalian mendapat rahmat), yaitu
bahwa rahmat terkait dengan apa? Terkait dengan istima’ (menyimak) dan inshoot (memperhatikan).
Artinya jika dibacakan Al
Qur’an,engkau tidak menyimak dan tidak memperhatikan, maknanya adalah tertolak
dari rahmat Allah. Bahwa yang melanggarnya
akan mendapatkan yang sebaliknya. Yang melanggar istima’ (menyimak),
maka konsekwensinya adalah kebalikan dari rahmat. Apa kebalikan
dari rahmat ? Laknat. Allahu Akbar, ini masalah yang berbahaya. Ini adalah
masalah yang penting, pengagungan Al
Qur’an dan pemuliaannya, ialah yang akan membawamu untuk menghafal.
Yang berikutnya yang harus kita
pahami adalah adab terhadap Al Qur’anul Karim. Kita semua harus punya buku
tentang adab terhadap Al Qur’nul Karim. Al Qur’an janganlah dijadikan seperti
musik yang didengarkan begitu saja. Diputar di laptop, MP3, tapi pikiran kita
ke mana-mana. Al Qur’an ini harus diperhatikan, tidak boleh diabaikan seperti
itu. Rasulullah shallalahu ‘alaihi wasallam. Bersabda, “Siapa yang ingin
berbicara dengan Allah, hendaklah ia melaksanakan sholat. Dan sebaliknya, siapa
yang ingin Allah berbicara dengannya, maka hendaklah ia membaca Al
Qur’an.”
Karena di dalam Al Qur’an ada
perintah Allah, larangan, peringatan dan sebagainya. Seperti ketika kita mendengarkan
pidato presiden SBY, orang mendengarkannya baik-baik. Tapi Al Qur’an ini, Allah
yang berbicara dengan kita. Maka tidak boleh pikiran kita disibukkan pada yang
lainnya. Termasuk memutar murottal, tapi pikiran kita kemana-mana. Seperti saya
juga perhatikan ada orang yang memutar murottal di mobil, kemudian dia ngobrol
dengan temannya. Pilihannya, murottalnya dimatikan, atau orangnya diam dan
memperhatikan bacaan Al Qur’nul Karim. Termasuk ketika ibu-ibu di rumah memutar
murottal, sambil masak, sambil bersih-bersih. Maka ini tidak boleh, memutar
murottal, namun disibukkan dengan pikiran-pikiran yang lain. Demikian juga
terhadap anak-anak. Janganlah kita memutar murottal sedangkan mereka ramai.
Tapi murottalnya harus kita matikan terlebih dahulu. Tetapi ketika anak-anak
tidur, tidak ada masalah ketika kita memutarkan murottal buat mereka, karena
didalamnya ada keberkahan. Maka ketika kita mendengar Al Qur’an tidak boleh
disibukkan dengan yang lainnya.
Al Qu’an juga tidak boleh di
tempatkan pada tempat yang rendah. Misalnya, Haram engkau meletakkan Al Qur’an
di dalam tas dan diatasnya ada barang lain. Al Qur’an harus diletakkan paling
atas.
Bagian dari adab terhadap Al Qur’an:
ketika datang seseorang kepadamu, dan engkau sedang membaca Al Qur’an sambil
duduk, kemudian temanmu datang, engkau mau bersalaman dengannya, maka haram bagimu
untuk berdiri. Dialah yang harus duduk dan bersalaman. Engkau tidak boleh
berdiri sedang bersamamu ada Al Qur’an, Siapapun yang datang. Jangan berdiri.
Ketika engkau membaca Al Qur’an, kenapa haram untuk berdiri? Ini adalah Al
Qur’an, ini adalah agung. Apakah berdiri karena orang tersebut? Siapa orang
tersebut? Siapa dia? Siapapun dia. Jika engkau ingin menghormati, misalnya dia
adalah ayahmu, orang yang lanjut usia, apa yang harus engkau lakukan? Engkau
berdiri dan letakkan Al Qur’an di tempat yang tinggi, kemudian engkau kembali
dan bersalaman. Adapun engkau berdiri untuk seseorang, seperti apapun
kedudukan orang tersebut, dan Al Qur’an bersamamu, maka ini tidak boleh. Atau
dia yang duduk dan bersalaman. Ini masalah penting. Juga dalam kelas ketika
mengajarkan Al Qur’an kepada murid-murid, ketika guru masuk, kemudian dikatakan
“berdiri” atau “stand up”. Ini tidak boleh. Murid tidak boleh berdiri, dia
harus tetap duduk dalam kelas Al Qur’an, ini harus kita ajarkan. Mana yang
lebih mulia engkau, sebagai pengajar, atau Al Qur’an?
Ini masalah penting, wajib
mengagungkan Al Qur’an. misalnya jugaketika engkau duduk bersila dan engkau
letakkan Al Qur’an di atas kaki, ini juga haram, tidak boleh. Al Qur’an harus ditinggikan,
engkau harus memegangnya, atau diletakkan di atas meja kecil. Tapi jangan diletakkan
lebih rendah darimu. Jadi, Al Qur’an harus diagungkan dan dimuliakan.
(bersambung)
(bersambung)
No comments:
Post a Comment