Friday, July 27, 2012

Kemudahan Menghafal Al Qur'an (5)

Ketika kita pemahami bahwa Al Qur’an memberi petunjuk kepada jalan yang lurus, Allah yang mengatakan hal ini. Ketika kita mengetahui bahwa dalam Al Qur’an ada keselamatan, maka sebaliknya, bagaimana jika engkau paham bahwa juga ada hukuman bagi yang mengabaikan Al Qur’an? Apakah engkau tahu, jika engkau mengabaikan Al Qur’an, engkau akan masuk dalam permusuhan dengan Rasulullah shallalahu ‘alaihi wasallam? Apakah di antara kita ada yang ingin menjadi musuh bagi Rasulullah shallalahu ‘alaihi wasallam di hari kiamat?  Kita semua menginginkan syafa’at Nabi shallalahu ‘alaihi wasallam . Bukankah Rasulullah shallalahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Aku tinggalkan kepada kalian dua perkara, yang jika kalian berpegang teguh kepadanya kalian tidak akan tersesat selamanya, kitabullah dan sunnah rasul” ? Allah juga berfirman, “dan Rasul berkata : Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku telah menjadikan Al Qur’anini diabaikan” (QS. Al Furqon : 30)

Para ulama berkata, “Orang yang tiga hari berturut-turut tidak membaca Al Qur’an, maka ia adalah orang yang mengabaikan Al Qur’an.” maka dia masuk dalam permusuhan dengan Nabi shallalahu ‘alaihi wasallam. Apakah engkau ingin berdiri di hari kiamat menjadi musuh bagi Nabi Muhammad shallalahu ‘alaihi wasallam?”

Dan Rasul berkata : Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku telah menjadikan Al Qur’an ini diabaikan”. Mereka tidak membacanya, mereka tidak mengamalkannya, mereka tidak menghafalkannya. Lihatlah di manakah engkau? Apakah engkau membaca Al Qur’an setiap hari? Apakah engkau mengagungkan Al Qur’an? Apakah engkau memuliakan AlQur’an? Tanyakan pada dirimu!

Saya bertanya kepadamu tentang tafsir firman Allah subhanahu wa ta’ala,  “Dan apabila dibacakan Al Quran, Maka simaklah baik-baik, dan perhatikanlah agar kalian mendapat  rahmat” 

Ayat ini sangat berbahaya. Apabila dibacakan Al Qur’an, maka simaklah. Perintah dari Allah subhanahu wa ta’ala yang konsekwensinya adalah wajib. Apabila dibacakan Al Qur’an,  fastami’uu lahu (maka simaklah). Allah tidak mengatakan fasma’uu (maka dengarkanlah). Dan ini beda, antara istima’ (menyimak) dan sama’ (mendengar).
Saya mungkin bisa mendengar suara, saya sekarang mendengar sebagian kalian ngobrol sana-sini, dan saya mendengar suara-suara lain, mendengar biasa. Akan tetapi apakah engkau memberikan hati? Maka hati harus menyimak, dan bukan sekedar mendengar dari telinga yang masuk dari telinga kanan keluar dari telinga kiri.

Allah subhanahu wa ta’ala mengatakan fastami’uu lahuu.  Kemudian Allah mengatakan apa? Waanshituu, maknanya adalah dengan tadabbur, interaksi, dan tafakkur dengan Al Qur’an. Kemudian Allah mengatakan apa? La’allakum turhamuun (agar kalian mendapat rahmat), Allah mengatakan la’allakum turhamuun dan tidak mengatakan idzan turhamuun, dan tidak mengatakan liturhamuu, tetapi Allah mengatakan la’allakum turhamuun.  Apa makna la’allakum? Dalam bahasa Arab, kata la’allaka ketika dipakai di dalam Al Qur’an, maka bermakna : bahwa yang melanggarnya akan mendapatkan yangsebaliknya. La’allakum turhamuun (agar kalian mendapat rahmat), yaitu bahwa rahmat terkait dengan apa? Terkait dengan istima’ (menyimak) dan inshoot  (memperhatikan).

Artinya jika dibacakan Al Qur’an,engkau tidak menyimak dan tidak memperhatikan, maknanya adalah tertolak dari rahmat Allah. Bahwa yang melanggarnya akan mendapatkan yang sebaliknya. Yang melanggar istima’ (menyimak),  maka konsekwensinya adalah kebalikan dari rahmat. Apa kebalikan dari rahmat ? Laknat. Allahu Akbar, ini masalah yang berbahaya. Ini adalah masalah yang penting,  pengagungan Al Qur’an dan pemuliaannya, ialah yang akan membawamu untuk menghafal.

Yang berikutnya yang harus kita pahami adalah adab terhadap Al Qur’anul Karim. Kita semua harus punya buku tentang adab terhadap Al Qur’nul Karim. Al Qur’an janganlah dijadikan seperti musik yang didengarkan begitu saja. Diputar di laptop, MP3, tapi pikiran kita ke mana-mana. Al Qur’an ini harus diperhatikan, tidak boleh diabaikan seperti itu. Rasulullah shallalahu ‘alaihi wasallam. Bersabda, “Siapa yang ingin berbicara dengan Allah, hendaklah ia melaksanakan sholat. Dan sebaliknya, siapa yang ingin Allah berbicara dengannya, maka hendaklah ia membaca Al Qur’an.” 

Karena di dalam Al Qur’an ada perintah Allah, larangan, peringatan dan sebagainya. Seperti ketika kita mendengarkan pidato presiden SBY, orang mendengarkannya baik-baik. Tapi Al Qur’an ini, Allah yang berbicara dengan kita. Maka tidak boleh pikiran kita disibukkan pada yang lainnya. Termasuk memutar murottal, tapi pikiran kita kemana-mana. Seperti saya juga perhatikan ada orang yang memutar murottal di mobil, kemudian dia ngobrol dengan temannya. Pilihannya, murottalnya dimatikan, atau orangnya diam dan memperhatikan bacaan Al Qur’nul Karim. Termasuk ketika ibu-ibu di rumah memutar murottal, sambil masak, sambil bersih-bersih. Maka ini tidak boleh, memutar murottal, namun disibukkan dengan pikiran-pikiran yang lain. Demikian juga terhadap anak-anak. Janganlah kita memutar murottal sedangkan mereka ramai. Tapi murottalnya harus kita matikan terlebih dahulu. Tetapi ketika anak-anak tidur, tidak ada masalah ketika kita memutarkan murottal buat mereka, karena didalamnya ada keberkahan. Maka ketika kita mendengar Al Qur’an tidak boleh disibukkan dengan yang lainnya.

Al Qu’an juga tidak boleh di tempatkan pada tempat yang rendah. Misalnya, Haram engkau meletakkan Al Qur’an di dalam tas dan diatasnya ada barang lain. Al Qur’an harus diletakkan paling atas.

Bagian dari adab terhadap Al Qur’an: ketika datang seseorang kepadamu, dan engkau sedang membaca Al Qur’an sambil duduk, kemudian temanmu datang, engkau mau bersalaman dengannya, maka haram bagimu untuk berdiri. Dialah yang harus duduk dan bersalaman. Engkau tidak boleh berdiri sedang bersamamu ada Al Qur’an, Siapapun yang datang. Jangan berdiri. Ketika engkau membaca Al Qur’an, kenapa haram untuk berdiri? Ini adalah Al Qur’an, ini adalah agung. Apakah berdiri karena orang tersebut? Siapa orang tersebut? Siapa dia? Siapapun dia. Jika engkau ingin menghormati, misalnya dia adalah ayahmu, orang yang lanjut usia, apa yang harus engkau lakukan? Engkau berdiri dan letakkan Al Qur’an di tempat yang tinggi, kemudian engkau kembali dan bersalaman. Adapun engkau berdiri untuk seseorang,  seperti apapun kedudukan orang tersebut, dan Al Qur’an bersamamu, maka ini tidak boleh. Atau dia yang duduk dan bersalaman. Ini masalah penting. Juga dalam kelas ketika mengajarkan Al Qur’an kepada murid-murid, ketika guru masuk, kemudian dikatakan “berdiri” atau “stand up”. Ini tidak boleh. Murid tidak boleh berdiri, dia harus tetap duduk dalam kelas Al Qur’an, ini harus kita ajarkan. Mana yang lebih mulia engkau, sebagai pengajar, atau Al Qur’an?

Ini masalah penting, wajib mengagungkan Al Qur’an. misalnya jugaketika engkau duduk bersila dan engkau letakkan Al Qur’an di atas kaki, ini juga haram, tidak boleh. Al Qur’an harus ditinggikan, engkau harus memegangnya, atau diletakkan di atas meja kecil. Tapi jangan diletakkan lebih rendah darimu. Jadi, Al Qur’an harus diagungkan dan dimuliakan.

(bersambung)

No comments: