Ramadhan sebentar lagi tiba. Menjelang waktu berbuka,
dikenal istilah ngabuburit.
Ngabuburit berasal dari Bahasa Sunda, yaitu burit, yang
artinya sore menjelang malam. Ngabuburit artinya menunggu waktu sore / malam,
yang biasanya sangat terasa perlunya ketika bulan puasa, yaitu menunggu waktu
berbuka.
Kalau dari perasaan saya sih dari kata ngabuburit itu,
artinya mem-burit-burit-kan *halah, atau menyore-nyorekan, yaitu membuat waktu malam
terasa lebih cepat datang. Caranya dengan mengisi waktu sore itu dengan berbagai aktivitas.
Dari sini saja, “semangat” ngabuburit sudah bertentangan
dengan semangat Ramadhan. Ramadhan yang setiap detiknya berharga, yang jika
diisi dengan amalan sunnah akan bernilai seperti amalan wajib, yang jika diisi
dengan amalan wajib maka nilainya dilipatgandakan 70 kali. Maka Ramadhan justru
jangan dipercepat. Justru harusnya kita ingin agar Ramadhan diperlambat, kalau
perlu seterusnya Ramadhan.
Apa lagi, kegiatan yang dilakukan ketika ngabuburit
seringkali merupakan hal-hal yang tidak berhubungan dengan ibadah. Seperti
jalan-jalan di mall, jalan-jalan di taman, nongkrong di pinggir jalan (sambil
merokok, eh itu sih malah batal yah, hehehe..), apa lagi untuk remaja dengan
pasangan yang sebenarnya belum sah menikah, atau ibu-ibu sambil bergosip.
Waduh, sayang seribu sayang.
Banyak hal bermanfaat yang bisa kita lakukan di waktu
Ramadhan. Target tilawah Al Qur’an paling tidak 1 juz sehari, insya Allah sudah
sangat membutuhkan waktu. Apa lagi jika kita ingin menambah sampai 2-3 juz
sehari. Apa lagi jika kita sambil memahami maknanya. Apa lagi jika kita ingin
menghafalkan Al Qur’an.
Belum lagi mempelajari hadits yang jumlahnya puluhan ribu itu. Ah, sebenarnya bisa jadi waktu kita sangat tidak cukup.
Yuk, ganti ngabuburit dengan sebaliknya, teu burit-burit,
yaitu ngga sore-sore, maksudnya, kalau bisa sore tidak kunjung tiba, sehingga
Ramadhan tidak pernah berakhir.. *maaf kalau terasa terlalu lebay :-)
No comments:
Post a Comment