Sesi tanya jawab :
Pertanyaan
pertama:
Bagaimana metodeuntuk menghafalkan
Al Qur’an di Palestina sehingga anak-anak bisa hafal dalam dua bulan?
Jawaban :
Tentang metode menghafal dalam dua
bulan, sesungguhnya ini butuh dauroh tersendiri (sambil tertawa).Tapi ini
pengalaman yang kami lakukan tidak hanya di Palestina, tapi juga di Yordania
dan Saudi, dansemuanya sukses. Tapi kita di Palestina memiliki kelebihan dalam
masalah jumlah. Seperti dulu sayamengajar di Saudi, di Makkah Al Mukarromah
dalam program tahfidh di Masjidil Haram, dalam satu tahun hanya meluluskan 40
saja murid yang hafal Al Qur’an dalam program dua bulanan. di Yordania meluluskan
60 sampai 70 hafidh dalam setahun dalam program dua bulanan. Namun di Palestina
kita meluluskan setiap tahun 10.000 (sepuluh ribu) hafidh dan hafidhah Al
Qur’an, yaitu lima ribu hafidh dan lima ribu hafidhah.
Kita melaksanakan program dengan
bentuk umum. Tapi metode tetap memungkinkan. Kita juga terapkan di Turki dan
Pakistan, yang mana mereka bukanlah orang Arab. Karena masalahnya bukan masalah
bahasa. Tidak ada hubungannya. Masalahnya adalah masalah agenda yang teratur.
Dalam liburan musim panas, diadakan mukhoyyam Al Qur’an bagi siswa di masjid
selama dua bulan penuh. Tidur, makan, minum, dan menghafal di tempat tersebut
dan tidak meninggalkannya. Mereka hanya punya satu kegiatan, yaitu menghafal Al
Qur’an.
Kelebihan di Palestina, kita tidak
punya banyak kesibukan. Kita tidak punya tempat-tempat permainan, tempat
hiburan, juga tidak ada tempat bermain anak-anak. Kita hanya punya
masjid-masjid.
Apa sebab kita mempunyai banyak
hafidh? Yaitu keseriusan. Kita menjadi masyarakat yang memiliki keseriusan,
semua masyarakat. Masing-masing menginginkan anak-anaknya hafal Al Qur’an. Ada
dorongan hakiki pada masyarakat di Gaza secara tersendiri. Kita terapkan
program ini di Gaza, orang-orang menjadi memiliki respon yang terhadap
menghafal Al Qur’an, karena mereka hidup dalam suasana jihad dan perjuangan.
Dan kita menjadi punya pemahaman terhadap makna syahid di jalan Allah dan
menyambut Allah.
Anak-anak kalian (di Indonesia),
ketika liburan, barangkali mereka bermain, atau bertamasya ke tempat yang
indah. Tapi kita (di Palestina) tidak punya itu semua. Maka kita bawa mereka ke
masjid-masjid. Itulah tempat rekreasi mereka, tempat bergembira mereka, masjid.
Maka dari itu, orang-orang Yahudi
dalam perang Gaza yang terakhir, ketika mereka menyerang Gaza, apa yang mereka
serang? Mereka menyerang masjid-masjid. Karena masjid-masjid tersebut yang
mengeluarkan para hufadh. Karena para hufadh itulah yang membela Gaza dan
berjihad di Jalan Allah. Kami di Brigade Al Qossam memiliki 70.000 (tujuh puluh
ribu) pasukan, ini adalah jumlah yang dipublish, semuanya adalah hufadh. Dalam
peperangan Furqon yang terakhir, kurang lebih 3 tahun yang lalu, ketika Gaza
diserang, Orang-orang Israel datang dengan 40.000(empatpuluh ribu) pasukan,
yang menghadapi mereka hanya 15.000 (limabelas ribu) hafidh saja. Kitahanya
menggunakan 5% (lima persen) dari kekuatan kita saja. Semua yang berperang
adalah hufadhkitabullah. Ya, ini barokahnya jihad.
Tapi metode tidak berbeda dengan di
tempat lain. Ini juga karena keistimewaan tarbiyah. Kita punya manhaj tarbawi.
Kita mencapai suatu pergerakan Islam, ini bagian dari jasa Syekh Ahmad Yasin
rahimahullah, kita mentarbiyah masyarakat, kita tidak sekedar mentarbiyah
individu-individu harokah dan kader-kader hamas, kita menempuh jalan Nabi
Muhammadshallalahu ‘alaihi wasallam. Seperti ‘Amr bin Al ‘Ash ketika beliau
menginvestigasi kemah-kemah pasukannya dalam peperangan Nahawan yang
menakhukkan negeri Persia, katika beliau melewati kemah yang terdengan suara
tilawah AlQur’an, beliau mengatakan, “dari sini kemenangan!” Tapi ketika
melewati kemah-kemah, sementara pasukan sedang tiduran, beliau mengatakan, ”dari
sini muncul kekalahan!” Maka kemudian mereka dikelompokkan dan ditempatkan di
belakang. Adapun yang membaca Al Qur’an, mereka ditempatkan di depan.
Hal ini sejak periode Rasulullah shallalahu
‘alaihi wasallam. sehingga Al Qur’an dipahami oleh orang-orang Palestina karena
tarbiyah Islamiyah. Ini adalah manhaj Syekh Ahmad Yasin, manhaj Imam Syahid
Hasan Al Banna, dan Manhaj Imam Sayyid Qutub yang mengatakan bahwa umat Islam
tidak akan menang kecuali dengan generasi Al Qur’anul Karim saja. Ini perkataan
Sayyid Qutub. Semua yang kita lakukan di Palestina, menerapkan prinsip ini.
Kita terapkan amaliyah ini. Kita mentarbiyah masyarakat.
Kematian bagi kita datang dengan
cepat. Kita sudah terbiasa dengan kematian. Kematian bagi kami menjadi
permulaan kenikmatan,dan bukan akhir kenikmatan. Karena kita hidup dalam
peperangan dan penyerangan. Boleh jadi engkau sedang tidur tiba-tiba meninggal,
engkau berjalan di jalan tiba-tiba terkena ranjau dan meninggal. Sehingga kedekatan
dengan kematian dan perasaan dekat dengan Allah, menjadikan penduduk Gaza
mengetuk pintuAllah. Ini gambaran pemikiran secara umum. Semua manusia menjadi
mempunyai keyakinan bahwa keselamatan, kebahagiaan, dan kebaikan di dunia dan
akhirat adalah dengan Al Qur’an. Dan ini adalah dari barokah jihad di Jalan
Allah.
(bersambung)
No comments:
Post a Comment