Wednesday, June 8, 2011

Hidup Tanpa Blackberry

Sudah sekitar dua minggu terakhir saya hidup tanpa blackberry. Awalnya rasanya hampa, kosong, sepi, terasing, hehe sedikit berlebihan ya.. Tapi betul lho..

Apa lagi saya termasuk pengguna blackberry yang sangat intensif. Untuk mencatat pengeluaran rumah tangga di Excel, untuk koordinasi dengan ibu-ibu sekolah anak saya di BBG, berkorespondensi melalui email baik untuk urusan kantor, dan terutama untuk urusan pribadi, hehe.. ber-twitter ria untuk mengetahui situasi terkini, mencatat pengajian, membuat draft blog, serta berhaha-hihi dan sharing foto keluarga dengan adik-adik di BBG :-)

Ketika blackberry saya pingsan dan kemudian mati suri, rasanya tiga perempat hidup saya hilang :-)

Namun, setelah saya jalani lebih lanjut, ternyata hidup tanpa blackberry itu lebih tenang. Kita bisa lebih fokus dengan kondisi sekitar, dunia nyata yang memang ada di depan kita, ketika kita sedang bersama keluarga, suami, anak-anak dan teman-teman.

Kita juga tidak “terbebani” untuk segera me-reply semua email dan semua informasi di BBG. Kita tidak “terbius” untuk harus selalu mengetahui situasi terkini di dunia, yang bisa jadi sebenarnya tidak ada manfaatnya untuk kita. Dan ternyata sedikit terlambat mengetahui banyak hal itu pun, baik-baik saja.

Dan satu lagi, saya juga jadi lebih punya banyak waktu untuk membaca buku.

Saya coba tuliskan hal ini sebagai status di yahoo messenger saya, dan ternyata banyak juga yang setuju, yaitu para pengguna non blackberry :-) Langsung saya diajak untuk hijrah ke I-Phone, Android, dan Galaxy Tab, hehehe.. Tapi ada juga yang tidak setuju, yaitu pecinta blackberry, yang merasa persis seperti ketika awal saya ditinggal sang blackberry.

Sampai sekarang blackberry saya masih mati. Saya masih berpikir-pikir, apakah akan beli baru, atau bertahan dengan HP saja. Sepertinya kalaupun saya beli baru, saya tidak akan aktifkan terlalu banyak aplikasi di sana. Yang penting email kantor bisa masuk, belanja tercatat, dan keluarga bisa ber-BBM dan email ria. Mungkin itu saja.

Twitter hanya akan saya gunakan ketika macet, atau mengecek waktu adzan. Draft blog sepertinya lebih baik saya buat pokok-pokok idenya saja, yang lengkapnya saya tulis di komputer saja. Email lain bisa menunggu. Satu dua hari mudah-mudahan tidak masalah.

Saya rasa kehidupan yang lebih tenang ini, yang tidak perlu serba cepat ini, lebih cocok dan lebih baik buat saya :-)

2 comments:

anief ancelotti said...

saya merasakan hal yang sama dgn anda .. hahaha

bunda khadijah said...

@Anief Ancelotti
Hehehe, selamat ya :-)